Anyeong Haseyeo!!!

Senin, 09 Februari 2015

Cerpen 2 _ Part I


          Bunyi binatang pun terdengar bersamaan dengan suara gemercik air yang jatuh dan membawakan hembusan embun yang terbawa oleh angin. Cuaca hari ini sangat sejuk seperti layaknya tinggal di pegunungan. Suara hujan yang begitu tenang membuat hati damai dan seakan memberi harapan baru dan semangat yang tiada habisnya. Yaa meskipun dengan uadara yg sedikit menusuk kedalam tulang, tapi itu tidak menjadi sebuah halangan beraktivitas bagi orang yang mampu berdamai dengan cuaca seperti ini.
 


Semua anak berhamburan masuk dengan beraneka warna payung yang dibawanya. Aku yaa seperti biasa, mau ada hujan, panas, angin, tetap saja yang aku bawa ke sekolah cuma tas. Aku tidak biasa memakai payung ke sekolah sekali pun hujan nya sangat besar, Karna mau pake payung atau engga pun tetap saja pasti ada yang terkena basah. Ituu prinsip ku.
Satu langkah masuk gerbang, aku merasa enggan meneruskan langkahku menuju kelas. Rasanya aku ingin balik berputar arah. Aku berdiam sejenak di batas ambang pintu gerbang mencari-cari orang yang bisa ku ajak berjalan bareng memasuki sekolah. Dan ternyata hasilnya Nihil. Tidak ada teman kelasku yang datang juga. Terpaksa aku harus berjalan menuju kelasku sendirian. Cobaa saja kalau ruang kelas 8 lebih awal dari ruang kelas 9 -,-  Sebenarnya ini itu hal yang menyebalkan, melewati kelas 9 dengan sendiri.
Terlihat dari gerbang pintu gerombolan kaka kakak kelas 9 sedang asyik berbincang bincang di teras kelasnya sambil menikmati suara air hujan yang berjatuhan. Dan yaa aku yakin diantara rumpukan itu pasti ada dia. Aku menjadi semakin malas dan rasanya berat untuk melangkahkan kaki. Tapi rasanya sangat konyol kalau aku harus berdiam di pintu gerbang diantara rumpunan air yang jatuh untuk menunggu bel berbunyi dan gerombolan kaka kakak kelas itu masuk ke dalam kelas. Ku coba melawan rasa beratnya langkahku dan memberanikan diri untuk melewatinya. Tepat berada di depannya. Dengan gaya jalanku yang menunduk dan hanya langkahku yang aku lihat, entah kenapa kepala ini ingin berdiri tegap memandang lurus dan refleksss!!! Mata ini mngajak kepala menoleh ke arahnya sehingga dia melontarkan senyuman kepadaku. “ah sial sial siall!!! “ ucapku dalam hati sambil mengercitkan keningku saat aku berhasil melewati dia dan mengabaikan senyumannya. Sebenarnya aku puas, karna tlah berhasil menjawab senyumna dengan delekan mata. Bahkan aku akan lebih puas jika senyuman itu dibalas dengan kepalan tanganku, tapi itumungkin tidak bisa aku lakukan. Tetapi aku yakin saat aku sudah sampai rumah, aku akan merasa menyesal mengabaikan senyuman ituu-,-




          Ku jatuhkan badanku di kasur yang empuk ini. Ku refleks kan otot-otot ku yang sedari tadi bekerja terus tanpa henti sambil menerawang langit-langit dan membayangkan kejadian tadi. Ku lihat ponselku seketika, dan tidak ada pesan masuk atau panggilan masuk satupun. “hufffttt!!!” ku jatuhkan kembali badanku lalu kulemparkan ponselku tanpa arah. “kenapa aku harus mendapatkan senyuman ituu?” “kenapa dia harus senyum kepadaku?” “kenapa aku harus mengabaikan senyuman itu?” pikiranku kacau hanya garagara sepercik senyuman itu. Air mataku perlahan menetes, mengingat pahit yang dulu menyiksaku dan mungkin kini juga masih ku rasakan. Apakah aku benar-benar cinta? Atau mungkin aku terlalu overprotektif ? baru kali ini aku merasakan pahit seperti ini. Baru kali ini aku terjebak dalam rasaa yang begitu mendalami, seakan-akan aku ingin hidup bersama selamanya. Rasanya tak pantas seorang murid yg baru duduk dibangku kls 8 mempunyai fikiraan seperti ituu. Iya, banyak yang bilang seperti ituu-__-.
2 minggu dari awal hubungan ku berakhir kita tidak pernah berkontekan lagi. Hanya saja mungkin sesekali bertemu di sekolah. Itu pun hanya melontarkan senyuman saja. Sampai sekarang Aku tidak tau, apa alasan nyaa dia ingin berakhirnya hubungan ini(?). ditambah dia orang nya tertutup, cuek, dan dingin membuat aku sulit untuk menebaknya. Dan dia pun tidak pernah cerita apa alasannya mengakhiri hubungan ini. Yang jelas, aku masih ingat kapan dia mulai berubah sikap nya terhadap ku. Dan mungkin hal itu yang membuat dia tidak suka. Dia orang nya religius, dan paling gasuka kalau ada orang yang munafik. Seperti halnya dengan mengaku beragama islam, tetapi kelakuannya tidak menurutkan ajarannya sendiri. Dan dia paling tidak suka kalau seorang cewe beragama islam tidak memakai jilbab, apalagi sampe di umbar ke sosmed. Dan itu yang membuat aku salut kepadanya. Aku sadar diri, waktu itu memang aku belum pandai berhijab. Bahkan aku belum ada rasa malu untuk mengumbar foto ku tanpa memakai hijab. Sikap nya 180 derajat berbeda ketika aku mengaupload foto ke ke sosmed. Dan dua hari kedepannya dia mengajak mengakhiri hubungan ini. Apaa ini alasan kenapa dia mengakhirinya? Tapi apa mungkin cuma gara-gara  hal sepele gitu ajaa? Ada dua kemungkinan. Ah tidak, ada banyak kemungkinan sebenarnya. Tapi aku selalu mengarahkan fikiran ku ke arah yang positif. Diaa mengakhiri hubungan ini karna dia mau menghadapi ujian. Dan dia mau menghadapi rajia pacaran. Iya, memang. Di sekolahku selalu ada rajia pacaran apabila mau menghadapi ujian nasional. Tapi kenapa dia tidak bilang kalau emang alasannya seperti itu? Padahal aku bisa memakluminya. Ah mungkin dia malu untuk bercerita seperti itu. Begitulah fikiranku, yang terus selalu mengarahkannya ke hal yg positif untuk mengurangi sedikit-sedikit rasa penyesalanku.




Time is a extraculiculer. Yeah!!! hari yang indah dan cuaca yang bersahabat membuat ku lebih bersemangat. Paskibra is the my live, is the my world, is the my everything...........!!! aku cinta paskibra. Aku pun bangga menjadi anggota paskibra. Dan aku pun salut kepada orang-orang yang telah berhasil menjadi seorang paskibraka yang mampu menaikan bendera dengan penuh penjiwaan. Karna itu berarti, mereka sangat menghargai jasa para pahlawan dahulu yang berjuang mengibarkan sang merah putih dan terciptanya negeri yang merdeka ini. Tapi sayang, sekarang ini tidak banyak orang yang seperti itu, Dan seakan kemerdekaan ini sedikit demi sedikit luntur. Aku pun pernah bercita-cita menjadi seorang paskibraka yang suatu saat nanti akan mengibarkan sang merah putih di tiang bendera, tapi sesekali cita-cita itu lenyap ketika aku menyadari akan fisik diriku sendiri yang kurang memadai -,- .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar